Sabtu, 06 Juni 2009

info kesehatan

Pas ubek-ubek harddisk nemu artikel menarik tentang kesehatan.diambil dari beberapa sumber. monggo dibaca-baca...

Kekurangan Vitamin B12 Hambat Pertumbuhan

Makan vitamin dan zat gizi lain ada aturan bakunya. Tidak boleh kurang, juga jangan berlebihan. Kalau ini dilanggar, apalagi sampai berlangsung lama, dapat mengganggu kesehatan. Kekurangan vitamin B12, misalnya, mengganggu pertumbuhan pada anak dan sistem saraf sehingga muncul gejala kebodohan, gampang marah, atau tersinggung.

Ada sejumlah faktor penyebab defisiensi vitamin B12. Misalnya karena asupan vitamin lewat makanan kurang. Jumlah yang ditelan sedikit, atau kurang memenuhi standar yang ditetapkan. Ini bisa terjadi pada mereka yang "alergi" makanan hewani, yang notabene merupakan sumber kobalamin (nama lain vitamin B12).

Pola makan vegetarian (hanya makan dari sumber nabati) juga dapat menjadi faktor penyebab kekurangan vitamin ini. Sebab, vitamin B12 ditemukan dalam produk hewan, dan jarang terdapat pada makanan nabati, kecuali kalau bahan itu berasal dari rumput laut atau yang terkontaminasi oleh feses. Beberapa rumput laut mengandung kobalamin kecuali spirulina karena hampir seluruh vitamin B12 pada spirulina merupakan analog.

Makanya, mereka yang menganut pola makan vegetarian (pantang susu, telur, daging) menjadi berisiko kekurangan vitamin ini. Hampir sepertiga vegetarian yang berusia di atas 60 tahun tidak mampu lagi menyerap B12 ketika mereka makan daging dan produk susu. Hal ini karena perut mereka tidak cukup menghasilkan asam lambung, bahan pemecah bahan makanan supaya B12 dapat disimpan dalam tubuh (hati dan ginjal) hingga diperlukan lagi. Tanpa asam lambung, orang yang menyantap menu dengan B12 dalam jumlah cukup pun bisa mengalami defisiensi.

Sumber utama kobalamin antara lain daging beserta produk olahannya, ginjal, hati, kerang, ketam, kepiting, ikan (salmon, tuna), berbagai makanan laut (seafood) lain, unggas, dan telur. Juga susu dan produk olahannya.

Sumber lainnya adalah miso (produk fermentasi kedelai, semacam tauco) dan tempe (terutama yang dibuat secara tradisional). Pada tempe buatan pabrik tidak ditemukan kobalamin. Bagi kaum vegetarian yang akan meningkatkan jumlah vitamin B12, dapat makan sereal ataupun susu kedelai yang diperkaya dengan vitamin dan mineral.

Akibat kelebihan vitamin C

Kobalamin merupakan senyawa larut dalam air dari keluarga vitamin B. Tidak seperti vitamin B lainnya yang tidak dapat disimpan dan harus digantikan setiap hari, B12 dapat disimpan cukup lama dalam hati dan ginjal.

Kekurangan vitamin B12 tidak saja terjadi karena asupannya yang kurang. Asupan vitamin lain berlebihan pun dapat mengakibatkan defisiensi B12. Misalnya, karena berlebihan mengkonsumsi vitamin C.

Kebiasaan makan vitamin C dosis tinggi bisa mengubah sejumlah kobalamin menjadi analognya. Celakanya, di antara analog vitamin B12 itu ada yang berdaya kerja antivitamin B12. Kalau hal ini berlarut-larut, akan terjadi defisiensi kobalamin.

Herbert dkk. dalam penelitian dampak kebiasaan makan vitamin C dosis tinggi, melaporkan bahwa mengkonsumsi vitamin C sebanyak 500 mg sudah menunjukkan pengaruh negatif terhadap vitamin B12. Sementara itu Hines menyebutkan, penggunaan vitamin C dosis tinggi (1 g sekali makan), mudah sekali memicu terjadinya kasus defisiensi.

Konsumsi zat besi dan zat gizi lain yang bersifat antioksidan (vitamin A, vitamin E, selenium) dilaporkan juga dapat mengubah vitamin B12 menjadi analognya. Sehingga secara teoritis bisa pula memicu timbulnya defisiensi vitamin B12.

Mudah marah dan tersinggung

Banyak sekali fungsi kobalamin dalam tubuh. Vitamin ini dikenal sebagai penjaga nafsu makan dan mencegah terjadinya anemia (kurang darah) dengan membentuk sel darah merah. Karena peranannya dalam pembentukan sel, defisiensi kobalamin bisa mengganggu pembentukan sel darah merah, sehingga menimbulkan berkurangnya jumlah sel darah merah. Akibatnya, terjadi anemia. Gejalanya meliputi kelelahan, kehilangan nafsu makan, diare, dan murung.

Defisiensi berat B12 potensial menyebabkan bentuk anemia fatal yang disebut Pernicious anemia. Soalnya, vitamin B12 bisa disimpan dalam tubuh (hati dan ginjal), dan hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit, timbulnya gejala defisiensi berat itu perlu waktu lima tahun atau lebih. Ketika gejalanya muncul ke permukaan, biasanya pada usia pertengahan, defisiensi itu lebih karena penyakit pencernaan atau gangguan penyerapan daripada karena menu yang miskin B12, kecuali bagi yang vegetarian berat.

Vitamin B12 juga merupakan koenzim penting yang dibutuhkan untuk sintesa DNA yang mengontrol pembentukan sel-sel baru. Pun B12 vital dalam mencegah kerusakan sistem saraf dengan membantu pembentukan mielin pada urat saraf.

Karena berperan dalam melindungi fungsi saraf, defisiensi kobalamin bisa menimbulkan pembentukan sel saraf terganggu, dan mengakibatkan kerusakan sistem saraf. Gejalanya, kehilangan daya ingat dan orientasi, gampang bingung, delusi (berkhayal), kelelahan, kehilangan keseimbangan, refleks menurun, mati rasa, geli di tangan dan kaki, serta pendengaran terganggu.

Kekurangan vitamin ini juga sering ditandai dengan timbulnya gejala kebodohan karena sistem saraf terganggu, dan demielinasi (kerusakan asam lemak mielin pada akson saraf) yang menyebar dan progresif. Pengaruh defisiensi B12 pada anak adalah terganggunya pertumbuhan. Suatu penelitian membuktikan bahwa anak-anak yang vegetarian mengalami gangguan pertumbuhan (kerdil) karena asupan B12 tidak memadai. Selain meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak secara normal, vitamin B12 juga memelihara kesuburan.

Di samping mengganggu pertumbuhan dan sistem saraf, kekurangan vitamin B12 juga menjadikan mereka gampang marah dan tersinggung. Sementara itu penyebab kerusakan sistem saraf kemungkinan karena defisiensi gugus metil lantaran tidak mampu mensintesis metionin (salah satu asam amino) dan S-adenosil metionin.

Lewat oral atau injeksi

Sesungguhnya tidak sulit untuk memenuhi kebutuhan akan vitamin B12 dalam jumlah memadai dari sumber makanan, karena tubuh hanya membutuhkannya dalam jumlah sedikit sekali. Karena itu sesungguhnya tak perlu suplemen, kecuali kalau dokter menganjurkan.

Dokter sering memberikan resep bagi mereka yang mempunyai masalah dengan penyerapan vitamin B12. Upaya untuk mengatasi kekurangan kobalamin dapat dilakukan dengan memberikan 1 mikrogram kobalamin (bentuk tablet atau cairan) per hari secara oral. Hal ini dilakukan kalau mengalami defisiensi akibat asupan B12 dari makanan kurang.

Sedangkan kalau terjadinya defisiensi gara-gara penyerapan tidak memadai, terapinya bisa lewat injeksi dengan 1 mikrogram per hari. Dosis tunggal injeksi 100 mikrogram atau lebih dapat menyembuhkan setiap defisiensi vitamin B12, dengan catatan tidak ada komplikasi dengan penyakit nonsistemik atau faktor lain. Penyembuhan dengan cara ini bisa bertahan selama hidup dengan menyuntikkan 100 mikrogram vitamin B12 tiap bulan. Pemberian kobalamin dosis tinggi pun dianggap aman, karena kelebihannya akan dikeluarkan dari tubuh lewat urine.

Bagi ibu hamil atau menyusui, ada patokan tertentu yang mesti diikuti. Kebutuhan fisiologis normal untuk orang dewasa sebanyak 2 mikrogram vitamin B12 per hari. Nah, sebagai pengganti vitamin yang diambil oleh janin atau bayi, wanita hamil dan menyusui membutuhkan asupan lebih tinggi. Selama akhir masa pertengahan hamil, janin mengambil kira-kira 0,2 mikrogram per hari dari cadangan ibunya.

FAO maupun WHO menyarankan penambahan asupan vitamin B12 bagi wanita hamil 0,3 mikrogram per hari (sehingga kebutuhannya menjadi 2,3 mikrogram/hari). Untuk wanita menyusui, asupan menjadi 2,5 mikrogram per hari, 0,3 mikrogram di antaranya akan pindah ke air susu ibu (ASI).

sumber :indomedia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar